Waspada Tanpa Panik Menghadapi Covid-19

Akhir-akhir ini hampir semua highlight berita online membahas tentang virus yang pertama kali ditemukan di Wuhan, China. Apalagi kalau bukan Covid-19 yang disebabkan novel Coronavirus atau virus corona. Seperti Mba Icha yang membahas tentang social distance yang perlu diketahui orang tua. Aku nggak akan membahas tentang banyaknya korban berjatuhan karena virus corona di Indonesia. Bagiku, membaca berita tentang gejala penyakit ini bisa membuat semakin panik.

“Aku nggak demam, tapi terasa demam” ucap salah satu teman di grup whatsapp

Beberapa orang bisa mengalami psikosomatik. Keadaan yang membuat pembaca tiba-tiba tenggorokan gatal, badan nyeri dan terasa demam padahal semua baik-baik saja. Psikosomatik bisa terjadi karena tingkat kecemasan tinggi. Amygdala atau pusat rasa cemas bekerja lembur bagai semut, nggak istirahat. Badan kita yang biasanya santai secara otomatis kaget menghadapi kenyataan yang mencemaskan. Ada yang merasakan ini juga?

Biar tetap waras menghadapi segala informasi tentang Covid-19, yuk lakukan hal berikut ini:

Akhir-akhir ini hampir semua highlight berita online membahas tentang virus yang pertama kali ditemukan di Wuhan, China. Apalagi kalau bukan Covid-19 yang disebabkan novel Coronavirus atau virus corona. Seperti Mba Icha yang membahas tentang social distance yang perlu diketahui orang tua. Aku nggak akan membahas tentang banyaknya korban berjatuhan karena virus corona di Indonesia. Bagiku, membaca berita tentang gejala penyakit ini bisa membuat semakin panik.

“Aku nggak demam, tapi terasa demam” ucap salah satu teman di grup whatsapp

Beberapa orang bisa mengalami psikosomatik. Keadaan yang membuat pembaca tiba-tiba tenggorokan gatal, badan nyeri dan terasa demam padahal semua baik-baik saja. Psikosomatik bisa terjadi karena tingkat kecemasan tinggi. Amygdala atau pusat rasa cemas bekerja lembur bagai semut, nggak istirahat. Badan kita yang biasanya santai secara otomatis kaget menghadapi kenyataan yang mencemaskan. Ada yang merasakan ini juga?

Biar tetap waras menghadapi segala informasi tentang Covid-19, yuk lakukan hal berikut ini:

Berpikir rasional

Waspada itu perlu, tapi jangan sampai panik berlebih tumpah ruah. Beberapa hari yang lalu, di dekat rumah ada kasus meninggal karena Covid-19. Menariknya, keluarga enggak tahu dan dimakamkan dengan prosesi biasa. Udah tau kan kalau jenazah Covid-19 perlu perlakuan khusus. Hasil positif Covid-19 baru diketahui keluarga setelah H+3 wafatnya beliau. Saat aku menulis ini, keluarga sedang diisolasi di salah satu rumah sakit di Kabupaten Malang.

Tetangga yang takziah? Otomatis masuk daftar ODP dan semoga hal baik akan terus terjadi. Hari saat diketahui ada Covid-19 di lingkungan rumahku, perangkat desa langsung melakukan penyemprotan disinfektan ke seluruh dusun. Mungkin kalau perangkat desa ini panik, maka beliau-beliau akan meninggalkan dusun. Mengungsi ke tempat lain yang masih bersih, bukannya malah terjauh dari virus corona tapi bisa jadi penyebar untuk orang lain.

Ada sebuah hadis sahih yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Usamah bin Zaid tentang wabah menular:

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: ”Tha’un (wabah penyakit menular) adalah suatu peringatan dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala untuk menguji hamba-hambaNya dari kalangan manusia. Maka apabila kamu mendengar penyakit itu berjangkit di suatu negeri, janganlah kamu masuk ke negeri itu. Dan apabila wabah itu berjangkit di negeri tempat kamu berada, jangan pula kamu lari daripadanya”

Sudah jelas, kan?

Jangan egois

Selama aku menghirup oksigen di bumi ini, baru sekarang tau ada masker dengan harga lebih dari seratus ribu bahkan jutaan. Kenapa? Karena panik. Lagi-lagi panik, panik memang gratis tapi mbok ya jangan diborong semua. Antara panik dan memanfaatkan kondisi emang beda tipis sih. Ada oknum yang sengaja menimbun masker, hand sanitizer, dan lainnya. Di sisi lain, permintaan pasar tinggi sehingga harga melambung dan bisa bergelimang harta di atas penderitaan orang lain. Jahat.

Masyarakat umum yang memiliki resiko lebih kecil terkena virus dibanding tenaga kesehatan bisa di rumah saja seperti himbauan pemerintah. Jangan bandel, Ferguso. Bagi yang tidak memungkinkan di rumah saja bisa melakukan physic distancing. Banyak informasi tentang gimana tetap aman keluar rumah. Ayo gerakkan jari untuk mencari informasi penting. Fyi, sampai detik ini aku belum beli masker atau hand sanitizer. Bukan sok setrong, tapi memilih alternatif lain yang lebih manusiawi bagi tenaga kesehatan.

Virus corona di Indonesia akan berhenti ketika kita semua saling bekerja untuk menghentikan penyebarannya. Virus dengan ukuran nano tentu tidak terlihat kasat mata, tapi aku yakin bahwa semua orang punya hati yang bisa melihat dunia lebih baik jika menahan egois yang biasa terpancar.

Berhenti sebar hoax

Potongan bawang merah diletakkan di sudut ruangan bisa menangkal virus corona. Hoax. Kumur dengan air garam bisa mematikan corona. Hoax. Apa lagi? Banyak banget hoax bertebaran di kala virus corona ditetapkan WHO sebagai pandemi. Ayolah jadi pengguna smartphone yang smart. Kalau ada yang sebar berita hoax di grup, cari dulu faktanya dan konfirmasi. Setelah itu, informasikan bahwa itu hoax. Jangan asal ada berita lalu bilang hoax ya!

Ikhlas dan sabar

Pejabat, artis, driver ojol, presiden sekalipun memiliki peluang untuk terkena virus corona.  Artinya, si corona ini nggak pandang bulu. Siapa aja sikat! Setelah melakukan berbagai upaya pencegahan, saatnya menata hati untuk ikhlas dan sabar menghadapi teguran Sang Maha Pencipta. Banyak berdoa, banyak introspeksi diri, kalau nggak bisa berbuat baik jangan berbuat ngeselin.

Paragraph

Semoga virus corona segera hengkang dari peradaban dan kita semua mendapatkan pelajaran berharga dari adanya virus ini. Selama #dirumahaja kamu bisa melakukan banyak aktivitas menyenangkan. Berhenti nyinyirin tetangga atau nangis pengen ke luar rumah. Kamu bisa coba mewarna di rumah bersama keluarga tercinta untuk tetap bahagia di tengah riuhnya virus. Tetap optimis dan cuci tangan sesering mungkin!