Tidit tidit, pagerku berbunyi. Tidit tidit, begitu bunyinya,”
L agu hiphop era 90-an itu kerap kali terdengar di mana-mana pada zamannya. Lagu dari Sweet Martabak yang mengisyaratkan penggunaan pager untuk komunikasi itu, awal mula perkembangan teknologi komunikasi. Generasi old tentu kenal akrab dengan gadget dengan gaya komunikasi menggunakan pager mirip seperti SMS.
Setelah pager, mulailah muncul handphone setebal buku tiga ratus halaman. Saat itu sih, aku bermain game snake di layar hitam putih rasanya udah seneng. Sederetan angka berjejer untuk membuat ringtone sendiri, pernah juga kulakukan. Saat itu bahagia banget, ada teknologi yang membuatku menjadi seorang komposer. Keberadaan ponsel makin diminati, seiring dengan teknologinya yang semakin canggih.
Berawal dari ponsel monoponik sebagai sesepuh perponselan, lahirlah ponsel poliponik, symbian, windows mobile, blackberry, sampai yang kita sering gunakan sekarang menggunakan sistem operasi android dan ios. Rasanya baru kemarin aku berdecak kagum dengan fitur autotext, screen capture, dan aplikasi BBM dari Blackberry. Tetapi, sekarang sudah semakin canggih dengan segala kemudahan menjalankan aplikasi.
Tidak bisa dipungkiri, perkembangan teknologi berjalan sangat cepat. Bahkan, hampir semua aktivitasku sekarang menggunakan gadget. Bagaimana enggak, pekerjaanku sebagai digital marketing tidak jauh-jauh dari laptop dan smartphone. Berkomunikasi dengan client, mencari informasi, menonton video, sampai rekreasi virtual dari gadget. Teknologi membuat pekerjaan menjadi lebih mudah, cepat dan efisien.
Pengguna Gadget Kian Meningkat Terus, Tiap Tahun
Penetrasi Ponsel Pintar di Indonesia. Sumber: statista.com. *Prediksi
Belajar lewat gadget, main pakai gadget, apa-apa tahunya lewat gadget gitu,” – Natasha Rizky Pradita (Artis, Ibu 3 anak)
A ku merasakan hal yang sama dengan istri Desta, semua apa-apa tuh lewat gadget. Mulai dari fungsi pertama ponsel, komunikasi sampai mengedit video. Hanya dari genggaman saja, para ibu mendadak bisa masak. Berbagai kumpulan resep, baik text, gambar atau video semua bisa diakses. Bahkan nggak perlu ke dapur, para ibu bisa menyiapkan makanan.
Bukan sulap, bukan sihir. Tinggal klik dan scroll aja, eh nggak lama ada si babang ojol di depan pintu bawa makanan. Teknologi membuat pekerjaan jadi lebih mudah, praktis, dan efisien. Dari grafik pengguna smartphone di Indonesia terlihat jelas. Dari tahun ke tahun penggunanya semakin meningkat, semakin terbiasa pula dengan teknologi dalam genggaman ini.
Tahun 2025 Pengguna Gadget Bisa Mencapai 89,2%
S martphone salah satu perangkat gadget ini mengalami peningkatan pengguna yang signifikan setiap tahunnya. Seperti terlihat dari data statista.com pada Juli 2020, penetrasi ponsel pintar diprediksi akan digunakan 25.9% lebih tinggi pada tahun 2025 dibanding tahun 2019. Nggak heran sih, sekarang saja hampir setiap orang memiliki smartphone. Bahkan, ada yang memiliki 2 ponsel pintar.
Tahun 2015
Tahun 2018
Tahun 2019
Tahun 2025
Alasan Orang Tua Memberikan Anaknya Gadget

M anfaat gadget dirasakan oleh banyak orang, termasuk orang tua jaman sekarang. Kalau dulu mencari resep mpasi harus membeli buku atau majalah dengan tema khusus, sekarang cukup ketik, scroll, dapat deh yang dicari. Selain orang dewasa, anak-anak juga turut andil dalam penggunaan gadget. Baik itu TV, smartphone, tablet atau laptop. Lingkungan berperan aktif dalam penggunaan gadget pada anak.
Orang tua, kakek nenek, om tante, dan orang dewasa lain memungkinkan mengenalkan gadget pada anak. Selain orang dewasa, teman seumuran yang sudah terbiasa dengan gadget akan saling bertukar informasi sehingga anak mengenal gadget. Gadget diberikan orang tua kepada anak dengan berbagai alasan, diantaranya:
S ebagai calon orang tua, aku mulai mempertimbangkan baik buruk memberikan gadget untuk anak. Terutama anak usia dini. Orang tua harus aware dengan peningkatan pengguna smartphone. Mau nggak mau harus menghadapi kecanggihan yang sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari.
Menurut American Academy of Pediatric (AAP) anak kurang dari 2 tahun tidak direkomendasikan menggunakan gadget. Alasannya, pada usia tersebut terjadi perkembangan di bidang sensorik-motorik, bahasa, kognitif, serta kemampuan sosial emosional anak.
Dampak Negatif Gadget untuk Anak Usia Dini
A ku jadi teringat kejadian beberapa tahun lalu. Teriakan histeris ditambah kepala dibenturkan ke tembok atau apapun benda keras terdekat sering dilakukan Rizky. Saat diberikan smartphone, tingkahnya langsung berubah. Duduk manis sambil menatap layar ponsel pintar. Sampai usia menginjak hampir 3 tahun, belum ada kata-kata jelas keluar dari mulut Rizky, atau biasa disebut speech delay.
Menyadari ada yang kurang pas dalam tumbuh kembang Rizky, Mamanya mengajak ke terapi wicara yang sama dengan keponakanku, Dzaky. Berbeda dengan Rizky, Dzaky mengalami gangguan di telinga sehingga kesulitan berbicara. Kembali lagi ke Rizky, ternyata sejak kecil dia sering sekali bermain gadget terutama smartphone.
Mamanya bercerita, ketika Rizky berusia kurang dari dua tahun sudah akrab dengan ponsel. Saat menangis, diberi ponsel. Nggak mau makan, diberi ponsel. Susah diatur, diberi juga ponsel untuk menenangkannya. Dari sinilah permasalahan Rizky dimulai. Awalnya hanya marah saja saat nggak dikasih ponsel, lama-lama jadi sulit terkendali.
Aku yang sedang menanti momongan, jadi belajar lebih dalam lagi tentang hubungan anak dan gadget terutama smartphone. Pasalnya, di era sekarang ini sulit rasanya lepas dari gadget. Apalagi pekerjaanku yang selalu menggunakan laptop dan ponsel pintar. Mengutip dari ibupedia.com dan beberapa sumber lainnya, ternyata gadget memiliki dampak yang berbahaya bagi anak.
IQ Anak
Menghambat Perkembangan Otak
Salah satu penelitian neurosains di Jepang telah memindai 290 otak anak yang menggunakan gadget selama 0-4 jam dalam waktu sehari. Hasilnya, semakin lama bermain gadget, semakin banyak bagian kelabu pada otak. Hal ini sangat mempengaruhi IQ anak.

Radiasi
Bahaya Terpapar Radiasi
Sinar biru dari gadget adalah radiasi yang bisa membahayakan tubuh manusia, terutama mata. Kesehatan mata terganggu mulai dari mudah lelah, merah, berair, sampai mengalami mata juling. Sedangkan anak akan terus bermain gadget meski mengalami ketidaknyamanan pada mata.

Apatis & Cuek
Terlambat Bicara atau Speech Delay
Salah satu penyebab speech delay adalah penggunaan gadget yang terlalu sering. Sehingga, fokus anak hanya kepada gadget. Kegiatan anak cenderung apatis dan cuek selain dari gawai. Kurangnya interaksi antar anak dan lingkungan sekitar, menjadikan anak kurang tertarik dengan aktivitas bicara.

Obesitas
Berkurangnya Aktivitas Fisik
Bermain game di gadget membuat anak hanya berdiam diri sambil rebahan. Padahal, anak itu normalnya beraktivitas fisik lebih banyak daripada orang dewasa. Mulai dari melempar, berlari, tertawa, sampai menari. Efek lain dari kurangnya aktivitas fisik adalah obesitas atau berat badan yang berlebihan.

Tumbuh Kembang
Perkembangan Motorik Terganggu
Kemampuan gerak anak bisa dibagi menjadi dua yaitu motorik halus dan kasar. Motorik halus bisa diasah dengan kegiatan yang melibatkan koordinasi mata dan tangan seperti bermain puzzle. Sedangkan berjalan, merangkak, berlari meningkatkan kualitas motorik kasar. Bermain gadget dapat menghambat tumbuh kembang anak yang seharusnya sudah bisa dilakukan sesuai usianya.

Tempramental
Emosi Anak Mudah Meledak
Ketika orang tua mengambil gadget dari tangan anak, secara spontan anak langsung marah bahkan tak segan untuk memukul dan berteriak. Hal ini sangat berpengaruh dengan adaptasi dan perilaku sosial. Anak menjadi tidak tertarik dengan lingkungan, alam, dan orang disekitarnya.

Sulit Menyaring
Terpapar Konten Non Edukatif
Gadget dengan segala kecanggihannya menyajikan berbagai konten. Mulai dari konten positif atau bahkan konten negatif. Menggunakan gadget memungkinkan anak terpapar konten kekerasan atau pornografi yang berpengaruh terhadap perilakunya. Terlebih lagi anak belum bisa memilih konten yang tepat.

Anak menggunakan gadget tanpa aturan, itulah yang menjadikan anak jadi adiksi/kecanduan. Jadi gelisah, uring-uringan, sering bohong, pikirannya gadget mulu, kurang respect, fungsi sehari-hari nggak dilakukan, waktu bangun hanya untuk gadget,” – Najelaa Shihab M.Psi., Psikolog
B anyak juga, yah, dampak negatif dari penggunaan gadget yang kurang tepat, terutama untuk anak usia dini. Sampai-sampai anak yang baru bangun tidur, yang dicari bukan orang tuanya, tapi gadgetnya. Nahlo! Saking kecanduannya sama ponsel pintar, rasanya sulit dipisahkan dengan gadgetnya.
Inilah, Ciri-ciri Anak Adiksi / Kecanduan pada Gadget
Pengenalan Gadget sesuai Usia Anak
A hli Psikolog, Inti Nusaida A, M.Psi dalam salah satu videonya menyebutkan bahwa idealnya anak dengan usia di bawah 2 tahun sama sekali nggak terpapar gadget. Bisa berupa TV, smartphone, tablet, atau lainnya. Tetapi, kalau ingin mengenalkan gadget, bisa menerapkan penggunaan gadget sesuai usianya.
Pesan yang sangat berharga nih buat para orang tua. Agar nggak terjadi penyesalan di kemudian hari, sebaiknya perhatikan dengan seksama usia anak untuk menggunakan gadget. Orang tua harus proaktif dalam pengenalan gadget kepada anak. Sehingga anak bisa menggunakan gadget dengan aman sesuai usia.
Mengenalkan Gadget bukan Hanya tentang Usia Anak
M asih hangat diperbincangkan, beberapa waktu lalu seorang balita bermain ponsel pintar milik orang tuanya. Ternyata, dia melakukan pemesanan barang hingga belasan juta rupiah. Sang ibu baru menyadari setelah kurir berdatangan mengantarkan pesanan dengan sistem COD (Cash on Delivery). Langsung panik sekaligus lemas kalau begini ceritanya.
Kesiapan mental anak usia dini untuk melihat konten yang beredar di internet berbeda-beda. Ada yang tertarik dengan menonton video, ada yang suka bermain game, ada juga yang suka membuka galeri foto. Kebiasaan orang tua juga berpengaruh pada perkembangan anak. Anak peniru yang ulung. Kebiasaan orang tua yang sehari-hari sering melihat gadget, akan direkam oleh anak dan dilakukan olehnya.
Usia bukan menjadi patokan utama anak boleh menggunakan gadget. Pada kondisi tertentu, anak usia 6 tahun sudah bisa memposisikan diri dengan hanya melihat video yang dipilihkan orang tua. Anak yang lain, sudah lancar scroll Youtube dan mencari apa yang dia inginkan. Orang tua harus benar-benar paham, kapan anak siap. Bukan sekadar bisa.

Anak-anak boleh pegang gadget untuk bermain game, online, menggunakan internet hanya boleh waktu weekend. Jumat, sabtu, minggu. Gadget cuma 1, dibagi bertiga, mereka sharing,” Donna Agnesia (Artis, Ibu 3 Anak)
Cara Pintar Menyiapkan Anak dengan Gadget
D ua anak seumuran taman kanak-kanak saling melapor kepada orang tuanya. Si Kakak melaporkan adiknya yang nggak mau bergantian main smartphone. Si Adik berdalih baru saja menggunakan. Begitulah pemandangan yang sering kulihat ketika acara keluarga besar. Masing-masing anak memegang gadget orang tuanya untuk bermain. Mereka saling melapor dan sampai ujung-ujungnya berantem.
Alhasil, orang tua mengambil gadgetnya, hingga keduanya berjanji untuk bermain dengan santun. Kalau kondisi seperti itu, anak masih bisa dikendalikan dan menuruti perintah orang tua. Namun, saat anak sudah kecanduan gadget sampai marah tak terkendali, orang tua dibuat bingung dan panik mengatasinya.
Ngenalin anak ke gadget itu patokannya adalah pada saat anak siap. Anak siap itu apa, sih? Kadang-kadang kita punya miskonsepsi. Kita bilang kalau anak siap tuh, kalau dia bisa mainin. Padahal sekarang anak-anak kecil banget aja, karena memang gadget dirancang untuk mudah dipelajari dan mudah digunakan udah bisa,” Najelaa Shihab M.Psi., Psikolog
Apalagi daya tangkap anak usia dini begitu cepat. Sekali saja memberitahu cara membuka aplikasi video game ke anak, tak perlu mengajari lagi. Mereka dengan lancar dan cepat bermain game, memutar video, membuka galeri, dan aktivitas lainnya.
“Orangtua perlu bedain. Bisa pakai (gadget), bukan berarti siap untuk pakai. Karena bisa pakai, kan lebih ke keterampilan sederhana motorik. Dia bisa melihat, dia bisa pencet, itu dia bisa.“ imbuh praktisi parenting yang akrab dipanggil Elaa.
Begitu mudah bagi anak-anak beradaptasi dengan gadget. Menyadari teknologi nggak selalu berdampak positif bagi anak, bahkan bisa berbahaya. Berikut ini beberapa cara pintar yang bisa dilakukan orang tua menyiapkan anak dengan gadget, sebagaimana informasi ibupedia.com dalam artikel Perhatikan Ini Sebelum Mengenalkan Gadget pada Anak:
Bijak Orang Tua dalam Memberikan Gadget untuk Anak

Gadget layaknya pisau bermata dua. Ia bisa menjadi positif atau negatif, bergantung dari penggunanya. Jika digunakan untuk memotong sayur, akan mempercepat pengerjaan. Sebaliknya, jika digunakan menusuk orang, maka akan menjadi alat pembunuh.”
P esatnya perkembangan teknologi, membuat orang tua harus sadar dan memperhatikan dengan serius. Setiap tahun, pengguna smartphone semakin meningkat. Meningkatnya penggunaan gadget menjadi bukti bahwa manfaatnya besar. Mulai dari berkomunikasi dengan keluarga, menonton video, mencari alamat, sampai membaca berita yang sedang viral pun mudah dilakukan.
Namun, perlu digaris bawahi ada dampak negatif dari pertumbuhan pengguna gadget. Kemudahan penggunaan gadget membuat siapa saja tidak sulit mengoperasikannya, terutama anak-anak. Tidak sedikit kasus speech delay karena anak terlalu dini dikenalkan dengan gadget.
Kesiapan mental dan fisik perlu diperhatikan orang tua untuk memutuskan membolehkan anak bermain gadget. Siap bukan berarti anak lancar mengoperasikan gadget. Tapi, siap dalam memilih mana yang bermanfaat untuknya. Peran orang tua sangat penting untuk perkembangan anak, baik secara fisik maupun mental.
Jangan sampai, orang tua baru menyadari adanya kesalahan setelah semua terlambat. Orang tua bisa memberlakukan beberapa aturan, menjadwal penggunaan, mengajak bermain, juga membantu anak mengambil pelajaran dari apa yang sudah ditonton. Yuk! Bijak dalam mengenalkan anak usia dini dengan gadget di era serba digital.
SUMBER
Foto: ibupedia.com, olah digital pribadi, dan flaticon.com
Referensi: Instagram @ibupedia_id, ibupedia.com, statista.com, halosehat.com, halodoc.com, channel youtube LifestyleOne dan lainnya.
24 Comments. Leave new
Artikelnya lengkap. Sangat bermanfaat. Kebetulan anak saya umur 3 tahun, Alhamdulillah, saya belum masuk kategori kecanduan, karena sebagian waktu anak sdh ada di taman bermain. Jadi penggunaan gadget berkurang
Wah, kece!
anak jadi nggak fokus main gadget aja yah, semoga semakin pintar memanfaatkan teknologi gadget, ya 🙂
Terima kasih sudah mampir
Menarik, sebagai pengingat saya juga calon orang tua. Perlunya perhatian terhadap pemanfaatan gadget bagi anak kecil. Jadi, teringat keponakan kecil, yang mana seperti disebut di atas, juga bisa dikatakan candu. Bagaimana tidak, saat diberikan gadget, mereka baru diam dan memang terjadi, saling iri satu sama lain, membandingkan bila tidak diberikan gadget, sedangkan saudaranya sedang main. Terima kasih sharingnya, bisa digunakan sebagai referensi kelak, saat sudah menjadi ayah. Aamiin.
Nah, iya!
Melihat ponakan yang mulai ada tanda-tanda kecanduan gadget, jadi makin aware dengan peran lingkungan terutama orang tua. Apalagi anak usia dini masih belum cakap memilih mana yang baik dan bisa ditiru, mana yang kurang baik dan sebaiknya dihindari. Stay safe and always strong, ya 🙂
Setuju banget perlu adanya kerja sama yang baik antara ayah dan ibu juga orang dewasa lainnya untuk memberikan batasan screening time kepada anak. Harus kompak semua, jadi anak tahu aturan yang diberlakukan untuknya ^^
Yap! Kerjasama dan kompak adalah sebuah kunci ya mba 🙂
Semoga ndang dikasih momongan ya mbak icha. Pokok jangan kasih gadget kalau masih bayi anaknya. Nunggu besaran aja dan dibatasi waktunya. Semuanya ada kontrol orang tua.
Aamiin aamiin ya robbal alamiin. Makasi mba Indah remindernya. Ngeri ngeliat efeknya kalau terlalu kecil udah main gadget.
Kadang orang tua buru buru kasih gadget ke anak biar gak rewel ya mbak namun ternyata salah juga. BIasanya bapak tuh yang suka bela anak, hihihi namun ternyata harus saling kerja sama mengingatkan
Jalan pintas biar anak nggak rewel ya mba. Padahal efeknya luar biasa kalau terlalu dini dikasih gadget. Ajak bapak-bapak baca juga mba 😀
Iya..saat ini ketergantungan gadget sangat menggangu banget… mengurangi aktivitas fisik…namun gimana lagi… terlebih masa pandemi banyak pembatasan aktivitas diluaran..sehingga gadget kembali menjadi pilihan menarik
Iya, bener banget kalau pandemi membatasi aktivitas luar anak. Bisa juga cari aktivitas di rumah namun tetap menjaga anak dari pengaruh gadget. Semoga orang tua sabar dan telaten, ya!
Berat memang urusan soal gadget dan anak. Seringnya memang ortu yg salah juga, karena nyaris seharian dilihat oleh anak main gawai. Padahal mungkin komunikasi kerjaan, tapi dilihatnya sedang bermain-main.
Butuh disiplin ekstra untuk mengajarkan penggunaan gawai yg baik ke anak
Ngasih pengertian ke anak memang nggak mudah dan perlu kesabaran dan disiplin extra. Main gawai jadi cara instan biar anak nggak ‘mengganggu’ urusan orang tua. Padahal kalau udah kecanduan, orang tua sendiri yang bingung 🙁
Tirit tirit, pagernya berbunyi. Tirit tirit, begitu bunyinya. Hehehe. Aduh lupa itu syair lagu siapa. Pokoknya terkenal banget di zaman old, selain Sweet Martabak.
Anak perempuan saya mulai pegang gadget sejak 3 tahun. Itu dibatasi cuma sekali seminggu. Sekarang udah 5 tahun, jadi 2x seminggu, yaitu Sabtu dan Minggu.
Semua ada sisi negatif dan positifnya. Yang penting, orang tua harus kontrol. Aturan mainnya kita yang tentukan. Info-info seputar aturan pemberian gadget yang bijak untuk anak saya juga pernah baca di Ibupedia. Lengkap ini informasinya.
Hehehe, ketauan nih umurnya berapa :p
Wah, kece! sudah mulai diterapkan disiplin ya mba sedari dini. Ada aturan-aturan yang perlu dipatuhi anak.
Terima kasih sudah mampir, Mba 🙂
Kadang dilema juga urusan kasih gadget ke anak ini, terutama buat bungsuku yang usia 5 tahun. Tiap hari dia lihat kedua kakaknya pegang gadget buat belajar online, emaknya juga sering pegang laptop karena WFH. Kalau pas lagi online semua pakai GMeet/Zoom, dia jadi nggak ada teman main. Akhirnya biar nggak menganggu, dikasih pinjam hp emaknya.
Bisa diarahkan buat buka konten edukasi mba, meski main gadget, tetap terkontrol dan nggak sampai kecanduan. Semoga bisa memberikan pengertian ke anak ya mba 🙂
Tidid oagerku berbunyi, tidid tidid begitu bunyinya 🙂
Ya Allah, itu aja Uda keren banget ya!
Kayak amazing banget bisa terima pesan tanpa telpon.
Game snake di HP Nokia. Paling suka kalau snakenya bisa tembus dinding 🙂
Bener banget mba!
Amazing tau ular bisa nembus layar hihihi
Nah setuju nih mbak sebaiknya anak tuh jangan diberi gadget sejak dini itu lho sayang matanya kalau saya mah hehehe..karena kalau udah kenal main game ga bisa berhenti jadi emang sebagai orang tua harus bijak ya mbak
Iya mba, lebih baik diarahkan ke permainan lain dulu untuk anak dengan usia yang masih kecil banget.
Nah, kebijakan orang tua sangat berpengaruh 🙂
Halo Kak, mampir dari instagramnya ibupedia nih. Cuma mau bilang, bagus banget blognya, artikelnya informatif juga lengkap, menyenangkan lihat tampilannya. Sangat menginspirasi
Halo kak Delia, terima kasih sudah mampir 🙂
Terima kasih juga untuk apresiasinya. Sehat selalu.